Jumat, 04 Januari 2013

“ENERGI NUKLIR MATAHARI DALAM PERSPEKTIF ISLAM”

Proses di balik terbentuknya matahari Nyawa Bintang : Antara Gravitasi dan Tekanan Thermal Matahari merupakan sebuah bintang, sama seperti bintang lain di langit yang terlihat kecil. Yang membedakan adalah jarak bintang-bintang lain yang lebih jauh dari matahari. Gravitasi merupakan hal yang membentuk struktur dari galaksi dan isinya termasuk bintang. Sebuah bintang merupakan sebuah bola plasma besar yang terdiri dari Hydrogen dan Helium. Bintang akan selalu tetap hidup selama terjadi pergolakan antara gravitasi yang menekan gas-gas ini melawan tekanan thermal yang terjadi dari fusi nuklir. Gampangannya, pikirkan sebuah balon yang menggelembung. Tekanan di dalam mencoba mempertahankan bentuk balon menggelembung dengan menyeimbangkan dengan tekanan di luar balon. Begitu pula dengan matahari. Gaya gravitasi yang mencoba menghancurkan gas-gas tadi harus seimbang dengan tekanan thermal hasil fusi gas. Bila keseimbangan ini terganggu, bentuk dari bintang akan berubah. tekanan: Bintang merupakan reaktor fusi nuklir alami Untuk memanaskan gas, matahari memerlukan energi. Yang menjadi pertanyaan dari mana energi ini di dapat? Energi ini didapat dari fusi nuklir yang terjadi di dalamnya. Pertanyaan selanjutnya, apakah itu fusi nuklir? Fusi nuklir merupakan proses yang terjadi di dalam matahari dimana inti nuklir ringan seperti hydrogen mencoba menjadi elemen lain melalui proses fusi di suhu 7 juta kelvin! Hasilnya adalah elemen sesudah fusi memiliki massa yang lebih ringan daripada elemen sebelum fusi. Massa yang hilang ini menjadi energi (dapat dihitung menggunakan rumus Einstein E=mc2). Dapat dikatakan, matahari menjadi reaktor fusi nuklir alami atau tungku api alam semesta dimana elemen berat seperti Carbon dan Nitrogen disintesis. fusi nuklir : fusi nuklir : Semakin massive sebuah bintang, semakin cepat matinya Massa awal sebuah bintang sangat berpengaruh terhadap evolusinya di masa depan. Teori evolusi bintang menyatakan bahwa semakin besar sebuah bintang, gaya gravitasi yang bekerja juga semakin besar. Artinya proses fusi juga semakin cepat yang menyebabkan bintang semakin panas. Dalam kata lain, hydrogen yang digunakan semakin besar sehingga bintang lebih cepat mati. Bayangkan mobil Ferarri yang boros bensin. teori evolusi : Lanjut ke proses terbentuknya matahari… 1. Interstellar gas masuk ke dalam gravitasi 6 miliar tahun yang lampau, awan hidrogen dingin yang merupakan bintang di masa lalu yang sudah mati mulai masuk ke dalam gravitasi. Awan ini terdiri dari elemen yang dahulu merupakan nenek moyang dari matahari. Bayangkan proses recycle.Awan gas dan debu ini mulai masuk ke dalam gravitasi dan menyebabkan ledakan supernova. Ledakan ini menghasilkan energi yang besar dan menstimulus energi potensial gravitasi dikonversikan menjadi energi panas yang menyebabkan gas juga ikut menjadi panas. 2. Terbentuknya inti matahari Semakin banyak gas yang jatuh ke dalam gravitasi menyebabkan gumpalan awan ini menjadi makin padat dan panas. Kemudian terbentuklah protostar, atau bayi matahari, berbentuk bulat yang merupakan inti dari matahari. Proses meleburnya gas dalam gravitasi terus berlanjut untuk meningkatkan panas. Akan tetapi bila massa inti ini tidak lebih berat dari massa gumpalan maka proses ini akan berhenti dan tidak akan ada matahari. Itulah sebabnya banyak bintang yang menyandang status ‘baru lahir’ tetapi tidak pernah dapat disebut sebuah bintang.Pada kasus matahari, prosesnya terus berlanjut dan menjadi semakin panas. inti matahari : 3. Fusi Hidrogen mulai Saat suhu mencapai 7 juta kelvin, proses fusi hidrogen menjadi helium terjadi. Pada kondisi ini protobintang dapat dikatakan sebagai bintang. Kondisi ini menciptakan energi sehingga tekanan panas dapat sama dengan tekanan gravitasi. Kondisi ini dinamakan keseimbangan hydrostatis. Fase ini dinamakan ‘Main Sequence’. Mulai fase ini, matahari akan terus menfusikan hidrogen menjadi helium selama 4,5 miliar tahun. Saat ini, matahari sedang dalam fase ini. fase matahari : ledakan matahari : 2.2 Ayat-ayat Al-qur’an tentang matahari Matahari adalah bola raksasa yang terbentuk dari gas hidrogen dan helium,panas matahari berasal dari energi nuklir di dalamnya sehingga matahari memancarkan cahaya dan panas ke seluruh sistem tata surya(Graham, 2005) Allah berfirman dalam Al-qur’an Surat Nuh Ayat 16 : “Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai sebagai pelita”.(QS.Nuh/71:16) Dari ayat ini dipahami bahwa matahari memancarkan sinar yang berasal dari dirinya sendiri bukan dari yang lain sebagaimana pelita memancarkan sinarnya dari dirinya sendiri yakni dari api yang membakar pelita itu. Lain halnya dengan bulan yang cahayanya berasal dari sinar yang dipancarkan matahari ke permukaannya, kemudian dipantulkan sinar itu yang berupa cahaya ke permukaan bumi(DEPAG RI, 2004). Allah menciptakan matahari bersinar dan bulan bercahaya bermanfaat bagi hidup dan kehidupan semua makhluk itu adalah berdasarkan kenyataan, keperluan dan mempunyai hikmah yang tinggi. Dan Allah menerangkan tanda-tanda kekuasaan-Nya itu kepada orang-orang yang menggunakan akal pikirannya dengan benar dan kepada orang-orang mengakui kenyataan dan beriman berdasarkan bukti-bukti yang diperolehnya itu. Dalam surat An-Naba’ ayat 13 Allah berfirman : ”Dan kami jadikan pelita yang amat terang(matahari)” (QS.An-Naba/78:13) Hal ini dijelaskan pula oleh firman Allah SWT : “Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.”(QS. Al-furqan/25:61) Matahari itu bergerak sendiri di tempatnya,tidak seperti bumi yang bergerak mengelilingi matahari. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Yaasin ayat 38 : “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya . Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”(QS : Yaasin/36:38) Dalam surat An-Nur ayat 35 Allah berfirman : “Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah celah yang tak tembus yang di dalmnya ada pelita besar. Pelita itu di dalm kaca, kaca itu bagaikan bintang seperti mutiara. Dinyalakan dengan minyak dari pohon yang di berkati yaitu pohon zaitun, (yang tunbuh) tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat. Hampir-hampir saja minyaknya menerangi, walaupun ia tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membut perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu” (QS : An-Nur/24:35) 2.3 Pemanfaatan energi surya atau energi matahari Berikut adalah beberapa teknologi pemanfaatan energi matahari: Pemanas Air Tenaga Surya Pada tahun 1890-an pemanas air tenaga surya telah digunakan di seluruh Amerika Serikat. Energi ini terbukti memeberikan manfaat besar dibandingkan pembakaran kompor kayu dan batubara. Gas buatan yang berasal dari batubara juga tersedia untuk memanaskan air, tapi harganya 10 kali dari harga yang mesti dibayar untuk gas alam saat ini. Dan listrik bahkan lebih mahal jika tersedia pada saat itu! Pada tahun 1920, sepuluh ribu pemanas air matahari telah dijual di Amerika. Namun, pada saat itu terjadi penemuan deposit minyak dan gas alam yang besar di Amerika Serikat bagian barat. Karena ketersediaan bahan bakar biaya rendah ini, sistem pemanas air tenaga matahari mulai digantikan dengan pemanas bahan bakar fosil. Pada saat ini, pemanas air tenaga surya bangkit kembali. Pemanas air tenaga surya ini memanaskan air untuk digunakan di dalam rumah dan di tempat-tempat bisnis. Dan juga digunakan untuk kolam renang air panas. Pada panel di atap sebuah gedung, seperti gambar di atas, terdapat pipa air. Ketika matahari menerpa panel dan pipa, sinar matahari akan menghangatkan mereka. Dan setelah itu, air panas dapat digunakan. Listrik Panas Matahari Energi matahari juga dapat digunakan untuk memproduksi listrik. Beberapa pembangkit listrik tenaga surya, seperti yang ada pada gambar, menggunakan cermin yang sangat melengkung disebut parabola untuk memfokuskan sinar matahari pada pipa air di titik pusat di bagian atas cermin kurva. Cermin memfokuskan sinar matahari untuk mengarah ke pipa, dan panas matahari itu akan mendidihkan air menjadi uap. Uap itu kemudian dapat digunakan untuk menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik. Di gurun Mojave California, ada barisan cermin surya yang diatur dalam "pembangkit listrik tenaga panas matahari" yang menggunakan ide ini untuk memproduksi listrik bagi lebih dari 350.000 rumah. problem yang terdapat pada energi surya adalah bahwa pembangkit listrik ini bekerja hanya ketika matahari bersinar. Jadi, pada saat hari berawan dan pada malam hari, pembangkit listrik tidak bisa menghasilkan energi. Beberapa pembangkit tenaga surya, merupakan teknologi "hybrid". Pada siang hari mereka menggunakan matahari. Pada malam hari dan pada saat berawan mereka menggunakan gas alam untuk memanaskan air sehingga pembangkit ini dapat terus memproduksi listrik. Bentuk lain dari pembangkit listrik tenaga surya untuk menghasilkan listrik disebut "Central Tower Power Plant". Sinar matahari memantul pada 1.800 cermin yang mengelilingi menara tinggi. Cermin ini disebut heliostat dan terus bergerak untuk menghadap matahari sepanjang hari. Sel surya atau Energi Photovoltaic Kita dapat juga mengubah sinar matahari langsung menjadi listrik menggunakan sel surya. Sel surya juga disebut sel fotovoltaik - atau disingkat sel PV - dan dapat ditemukan pada peralatan kecil, seperti kalkulator, dan bahkan di pesawat ruang angkasa. Alat ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 untuk digunakan di satelit antariksa USA. Mereka terbuat dari silikon khusus. Ketika sinar matahari menerpa sel surya, elektron (lingkaran merah) akan terlepas. Kemudian elektron ini menuju ke arah permukaan (warna biru tua). Ketidakseimbangan elektron terjadi antara yang di depan dan belakang. Ketika dua permukaan digabungkan dengan konektor, seperti kawat, arus listrik terjadi antara sisi negatif dan positif. Sel surya individu disusun bersama dalam modul PV dan modul ini dikelompokkan bersama dalam sebuah array. Beberapa array ditetapkan pada perangkat khusus yang mengikuti arah sinar matahari sepanjang hari. Energi listrik dari sel surya kemudian dapat digunakan langsung. Energi listrik ini dapat digunakan di rumah untuk menyalakan lampu dan peralatan rumah tangga. Energi ini dapat digunakan pula untuk bisnis. Energi matahari dapat disimpan dalam baterai untuk menyalakan billboard pinggir jalan di malam hari. Beberapa mobil eksperimental juga menggunakan sel PV. Mereka mengkonversi sinar matahari langsung menjadi energi untuk motor listrik pada mobil.

Kamis, 11 Oktober 2012

ISLAM,SAINS dan TEKNOLOGI


Pada zaman sekarang ini,Sains dan Teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan manusia. Dalam setiap waktu para ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains dan teknologi sebagai penemuan yang paling canggih dan modern. Keduanya sudah menjadi simbol kemajuan pada abad ke 20 ini,bahkan suatu Bangsa dan negara dapat dikatakan tertinggal apabila tidak mengikuti perkembangan sains dan teknologi.
Agama Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk selalu menjadi maju dan menjadi lebih baik,justru Islam sangat mendukung umatnya untuk berkarya dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini Allah anugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Wahyu yang pertama kali diterima oleh Rasulullah juga menunjukkan bagaimanakah pandangan agama Islam tentang sains dan teknologi,yaitu
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Isra: 1-5)
Katakanlah: “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Yunus: 101)
Ayat-ayat di atas adalah sebuah amanah yang Allah berikan kepada hambanya untuk terus menggali dan memperhatikan apapun yang ada di alam semesta ini.Permasalahan yang ada saat ini adalah seringkali manusia mengkorelasikan antara Sains dan teknologi ilmiah dengan ajaran2 Islam yang tertera dalam Al Qur’an.Ada banyak sekali kejadian-kejadian di dalam Al Qur’an yang tidak bisa dijelaskan secara sains ilmiah,artinya kejadian tersebut benar-benar murni kekuasaan Allah dan di luar batas nalar manusia.Seperti contohnya mukjizat yang diberikan Allah kepada nabi Musa dengan membelah lautan,mukjizat Nabi Muhammad yaitu mampu membelah bulan dan lain-lain.Manusia saat ini seringkali meneliti kejadian-kejadian tersebut dan tidak pernah menemukan jawaban ilmiahnya.Yang paling ekstrim adalah ada cukup banyak ahli-ahli filsafat yang menjadi atheis karena mereka meneliti dimanakah Allah itu berada,seperti apakah dan apakah Allah itu benar-benar ada.selain itu mereka meneliti kenapa sholat itu harus 5 waktu dalam 1 hari.Sungguh ironi ketika seorang manusia mempelajari ilmu filsafat akan tetapi mereka tidak memiliki landasan iman dan aqidah yang kuat sehingga mereka lebih mempercayai apa yeng mereka teliti daripada Al Qur’an yang menjadi pedoman hidup seluruh umat manusia.Oleh karena itu seharusnya sebelum manusia mengaplikasikan ilmu dan teknologi yang mereka miliki mereka harus memiliki landasan yang berupa ilmu syar’i yang akan mengarahkan bahwa tujuan manusia hidup adalah untuk Allah SWT.
Peradaban Islam pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat luas dan menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini ternyata jika kita baca, mempunyai keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja Ibnu Sina. Dalam umurnya yang sangat muda, dia telah berhasil menguasai berbagai ilmu kedokteran. Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang refresentatif untuk kita sebut di sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal sebagai orang yang menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu. Dia juga ahli fiqih. Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih. Tidak hanya itu, al-Ghazali juga ternyata mempunyai paradigma yang begitu modern. Dia pernah mempunyai proyek untuk menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Baginya, kedua jenis ilmu tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh umat Islam.
Sains dan teknologi adalah simbol kemodernan suatu umat. Akan tetapi, tidak hanya karena modern, kemudian kita mengabaikan agama sebagaimana yang terjadi dalam budaya Barat. Karena sains dan teknologi tidak akan pernah bertentangan dengan ajaran Islam yang relevan di setiap zaman.

source: http://ardianfajar.wordpress.com/2010/02/20/islamsains-dan-teknologi/
Tipologi hubungan Sains dan Agama
Agama dan Sains tidak selamanya berada dalam pertentangan dan ketidaksesuaian. Banyak kalangan yang berusaha mencari hubungan antara keduanya. Sekelompok orang berpendapat agama tidak mengarahkan pada jalan yang dikehendakinya dan agama juga tidak memaksakan sains untuk tunduk pada kehendaknya. Kelompok lain berpandapat bahwa sains dan agama tidak akan pernah dapat ditemukan, keduanya adalah entitas yang berbeda dan berdiri sendiri, memiliki wilayah yang terpisah baik dari segi objek formal-material, metode penelitian, kriteria kebenaran, serta peran yang dimainkan. 
 
1.      Tipologi Ian G. Barbour 
a.    Konflik
Pandangan konflik ini mengemuka pada abad ke–19, dengan tokoh-tokohnya seperti: Richard Dawkins, Francis Crick, Steven Pinker, serta Stephen Hawking. Pandangan ini menempatkan sains dan agama dalam dua ekstrim yang saling bertentangan. Bahwa sains dan agama memberikan pernyataan yang berlawanan sehingga orang harus memilih salah satu di antara keduanya. Menolak agama dan menerima sains, ata sebaliknya. Masing-masing menghimpun penganut dengan mengambil posisi-posisi yang bersebrangan. Sains menegasikan eksistensi agama, begitu juga sebaliknya. Keduanya hanya mengakui keabsahan eksistensi masing-masing. Agama dan sains adalah dua ekstrem yang saling bertentangan, saling menegasikan kebenaran lawannya.
Barbour menanggapi hal ini dengan argumen bahwa mereka keliru apabila melanggengkan dilema tentang keharusan memilih antara sains dan agama. Kepercayaan agama menawarkan kerangka makna yang lebih luas dalam kehidupan. Sedangkan sains tidak dapat mengungkap rentang yang luas dari pengalaman manusia atau mengartikulasikan kemungkinan-kemungkinan bagi tranformasi hidup manusia sebagaimana yang dipersaksikan oleh agama. (Barbour, 2006 : 224).
Dalam konflik pertentangan dipetakan dalam 2 bagian yang berseberangan :
>  Materialisme ilimiah
Asumsi : menganggap bahwa materi sebagai realita dasar alam (pentingnya realitas empiris), sekaligus meyakini bahwa metode ilmiah adalah satu-satunya cara yang sahih untuk mendapatkan pengetahuan.
 > Literalisme kitab suci
Satu-satunya sumber kebenaran adalah kitab suci, karena dianggap sebagai sekumpulan wahyu yang bersifat kekal dan benar karena bersumber dari Tuhan, sehingga tak memungkinkan bersumber dari yang lain termasuk alam semesta.
b.   Independensi
Memisahkan agama dan sains dlam wilayah yang berbeda, memiliki bahasa yang berbeda, berbicara mengenai hal-hal yang berbeda, berdiri sendiri membangun independensi dan otonomi tanpa saling mempengaruhi. Agama mencakup nilai-nilai, sedangkan sains berhubungan dengan fakta. Dibedakan berdasarkan masalah yang ditelaah, domian yang dirujuk dan metode yang digunakan.
Menurut Barbour (2006 : 66), Tuhan adalah transendensi yang berbeda dari yang lain dan tidak dapat diketahui kecuali melalui penyingkapan diri. Keyakinan agama sepenuhnya bergantung pada kehendak Tuhan, bukan atas penemuan manusia sebagaimana halnya sains. Saintis bebas menjalankan aktivitas mereka tanpa keterlibatan unsur teologi, demikian pula sebaliknya, karena metode dan pokok persoalan keduanya berbeda. Sains dibangun atas pengamatan dan penalaran manusia sedangkan teologi berdasarkan wahyu Ilahi.
Barbour mencermati bahwa pandangan ini sama-sama mempertahankan karakter unik dari sains dan agama. Namun demikian, manusia tidak boleh merasa puas dengan pandangan bahwa sains dan agama sebagai dua domain yang tidak koheren.
Agama dan sains adalah dua domain yang terpisah yakni agama atau Tuhan hanya dapat dikenal sebagaimana yang diwahyukan, tidak dapat diketahui kecuali melalui penyingkapan diri. Sedangkan sains dapat dikenali melalui fenomena dan empiris. Sains dibangun berdasarkan pengamatan dan penalaran manusia, sedangkan teologi berdasarkan wahyu.
Sains dan agama ditafsirkan sebagai dua bahasa yang tidak saling berkaitan karena fungsi masing-masing berbeda. Bahasa agam adalah seperangkat pedoman yang menawarkan jalan hidup yang berprinsip pada moral tertentu, sedangkan sains dianggap sebagai serangkaian konsep untuk memprediksi dan mengontrol alam.
c.    Dialog
Pandangan ini menawarkan hubungan antara sains dan agama dengan interaksi yang lebih konstruktif daripada pandangan konflik dan independensi. Diakui bahwa antara sains dan agama terdapat kesamaan yang bisa didialogkan, bahkan bisa saling mendukung satu sama lain. Dialog yang dilakukan dalam membandingkan sains dan agama adalah menekankan kemiripan dalam prediksi metode dan konsep. Salah satu bentuk dialognya adalah dengan membandingkan metode sains dan agama yang dapat menunjukkan kesamaan dan perbedaan. Namun, dialog tidaak menawarkan kesatuan konseptual sebagaimana diajukan pandangan integrasi. Mengutamakan tingkat kesejajaran antara sains dan agama.
Dialog menekankan kemiripan dalam pra anggapan, metode dan konsep.
>  Pra anggapan dan pertanyaan batas
Memunculkan pertanyaan batas, mengajukan pertanyaan fundamental, ilmuwan dan agamawan dapat bekerja sama untuk menjelaskan.
>  Kesamaan metodologis dan konseptual
Sains tak selamanya obyektif, agama tidak selamanya subyektif.
Barbour (2006 : 32) memberikan contoh masalah yang didialogkan ini dengan digunakannya model-model konseptual dan analogi-analogi ketika menjelaskan hal-hal yang tidak bisa diamati secara langsung. Dialog juga bisa dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu pengetahuan yang mencapai tapal batas. Seperti: mengapa alam semesta ini ada dalam keteraturan yang dapat dimengerti? dan sebagainya. Ilmuwan dan teolog dapat menjadi mitra dialog dalam menjelaskan fenomena tersebut dengan tetap menghormati integritas masing-masing.
Dalam menghubungkan agama dan sains, pandangan ini dapat diwakili oleh pendapat Albert Einstein, yang mengatakan bahwa “Religion without science is blind : science without religion is lame“. Tanpa sains, agama menjadi buta, dan tanpa agama, sains menjadi lumpuh. Demikian pula pendapat David Tracy, seorang teolog Katolik yang menyatakan adanya dimensi religius dalam sains bahwa intelijibilitas dunia memerlukan landasan rasional tertinggi yang bersumber dalam teks-teks keagamaan klasik dan struktur pengalaman manusiawi (Barbour, 2006 : 76).
d.   Integrasi 
     Pandangan ini melahirkan hubungan yang lebih bersahabat daripada pendekatan dialog
dengan mencari titik temu diantara sains dan agama. Sains dan doktrin-doktrin keagamaan,
sama-sama dianggap valid dan menjadi sumber koheren dalam pandangan dunia. Bahkan
pemahaman tentang dunia yang diperoleh melalui sains diharapkan dapat memperkaya
pemahaman keagamaan bagi manusia yang beriman.
     Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam hubungan integrasi ini. Pendekatan
pertama, berangkat dari data ilmiah yang menawarkan bukti konsklusif bagi keyakinan agama,
untuk memperoleh kesepakatan dan kesadaran akan eksistensi Tuhan. Pendekatan kedua, yaitu
dengan menelaah ulang doktrin-doktrin agama dalam relevansinya dengan teori-teori ilmiah, atau
dengan kata lain, keyakinan agama diuji dengan kriteria tertentu dan dirumuskan ulang sesuai
dengan penemuan sains terkini. Lalu pemikiran sains keagamaan ditafsirkan dengan filasafat
proses dalam kerangka konseptual yang sama. Demikian Barbour menjelaskan tentang
hubungan integrasi ini ( Ian G. Barbour, 2006 : 42 )
 
2.      Tipologi versi John Haught (1995)
Menurut Haught, hubungan agama dan sains diawali dengan titik konflik antara agama dan sains untuk mengurangi konflik, dilakaukan pemisahan yang jelas batas-batas agama dan sains agar tampak kontras / perbedaaan keduanya. Jika batas keduanya sudah terlihat, langkah berikutnya adalah mengupayakan agar keduanya berdialog / kontak. Setelah tahap ini dapat ditemukan kesamaan tujuan yaitu mencapai pemahaman yang benar tentang alam, selanjutnya antara agama dan sains saling melengkapi / konfirmasi

source :http://catatan-nasya.blogspot.com/2012/01/hubungan-agama-dan-sains.html